Minggu, 25 Januari 2015

1. Kurang darah bukan darah rendah
Anggapan darah rendah sama dengan kurang darah masih muncul dari mulut pasien sampai hari. Mereka yang darah rendah belum tentu kurang darah. Sebaliknya, mereka yang kurang darah bisa jadi tekanan darahnya normal. Bukan tak mungkin yang darah rendah sekaligus juga kurang darah. Bukan mustahil yang kurang darah ternyata mengidap darah tinggi.

Berapa patokan orang yang disebut kurang darah? Kurang darah atau anemia satuannya hemoglobin (Hb). Pada mereka yang mengidap kurang darah, kadar Hb-nya berada di bawah normal. Normal Hb sekitar 12 g%. Jika nilai Hb seseorang di bawah itu, ia dinyatakan anemia. Mereka yang kadar Hb-nya kurang dari 12 g% bisa saja tensinya normal 120/80 mmHg, atau mungkin bisa juga lebih rendah dari itu, atau siapa tahu, bisa juga lebih tinggi. Sudah disebut kasus anemia, tetapi mengidap hipertensi, bukan hal yang aneh.

2. Penyebab anemia lebih dari satu
Membaca hasil laboratorium Hb di bawah normal, belum tentu dokter langsung bisa menetapkan apa jenis obatnya karena penyebab anemia bukan cuma satu. Untuk melacak apa jenis anemianya, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah besar. Dari situ akan tampak berapa jumlah sel darah merah (erythrocyt), berapa ukuran dan jenis sel darah merahnya, dan adakah sel darah merah abnormal. Dengan mengamati pemeriksaan darah besar, dokter baru dapat mendiagnosis anemianya.

Terapi kasus anemia baru akan berhasil tuntas apabila penyebab anemianya sudah terlacak. Hanya menambah darah saja (dengan obat atau transfusi darah) tanpa menganalisis apa penyebabnya, anemia yang sudah dikoreksi, akan kembali anjlok lagi bila penyebabnya belum diatasi. Penyakit cacing, misalnya, merupakan salah satu penyebab anemia kurang zat besi (anemia defisiensi besi). Hanya memberi pil zat besi saja tanpa membasmi cacingnya, anemianya untuk sementara mungkin bisa saja pulih. Namun, selama cacingnya tetap diternak di perut, kondisi anemianya akan kembali kambuh lagi.

3. Terapinya dengan suplemen yang tubuh menderita kekurangan, atau dengan transfusi darah
Semua kasus anemia kekurangan zat gizi, perlu suplemen gizi. Tergantung apa zat gizi yang kurang dalam tubuh, zat gizi itu suplemen yang perlu ditambahkan. Selain kekurangan zat gizi (zat besi, protein, asam folat, vitamin B12), anemia juga bisa disebabkan oleh bukan kekurangan zat gizi, seperti bila terserang kanker darah (leukemia), penyakit menahun, dan beberapa kondisi penyakit lainnya.

Namun, tidak begitu halnya dengan anemia yang bukan disebabkan oleh kekurangan zat gizi. Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat (masif), seperti kasus cedera kecelakaan, perdarahan rahim, aborsi, perdarahan organ dalaman (termasuk kasus demam berdarah syok), jenis kasus yang tak dapat diatasi hanya dengan diberi obat. Kasus demikian memerlukan transfusi darah karena yang berkurang volume darahnya (hypovolemia).

Sirkulasi darah yang berkurang volume darahnya secara dadakan perlu segera dikoreksi agar tidak jatuh ke dalam syok. Untuk itulah transfusi pilihannya. Setelah gangguan sirkulasi darah teratasi, baru dikoreksi apa penyebab kehilangan volume darahnya. Komplikasi tifus bisa terjadi kebocoran usus, sehingga muncul gawat darurat perut.


4. Tak cukup makan hati goreng atau mengkonsumsi dadih
Ya, anemia di negara sedang berkembang seperti di kita, kebanyakan memang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Itu sebab di masyarakat tumbuh anggapan yang tidak selalu benar, bahwa bila kurang darah perlu lebih sering makan hati goreng atau dadih ayam.

Seperti sudah disebut, anemia bukan melulu kekurangan zat besi, melainkan bisa juga disebabkan oleh kekurangan zat gizi lain, seperti protein, asam folat, atau vitamin B12.Sudah disebut pula kalau dari pemeriksaan laboratorium darah besar akan terbaca apa jenis anemianya, dan sekaligus apa pula penyebabnya. Anemia kekurangan asam folat dan kekurangan vitamin B12 secara spesifik akan terlihat dari sifat sel darah merahnya. Bentuk sel darah merahnya bersifat khas. Pada kasus demikian, dengan suplemen asam folat dan vitamin B12, anemia jenis ini akan terkoreksi.

Tidak semudah itu menanggulangi kasus anemia kekurangan zat besi. Memang anemia defisiensi zat besi dapat terlihat dari sifat dan bentuk sel darah merahnya. Namun, penyebab anemia kekurangan zat besi lebih dari satu. Mungkin disebabkan cacing perut. Kita tahu, cacing perut sendiri pada manusia paling sering jenis cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing cambuk, dan beberapa jenis cacing lainnya. Perlu memeriksa tinja pasien di laboratorium terlebih dulu untuk melihat apa jenis cacing penyebabnya. Tanpa membasmi cacing penyebabnya, setelah anemianya dikoreksi, masih ada kemungkinan anemianya bisa kambuh lagi bila cacing penyebabnya belum dibasmi.

5. Waspada bila mengidap wasir 
Kekurangan darah untuk waktu lama juga bisa disebabkan kalau kita memelihara penyakit wasir. Wasir yang sering berdarah, kendati hanya sedikit-sedikit, bisa berujung anemia juga. Jenis anemianya, biasanya jenis anemia kekurangan zat besi. Agar anemia tidak berkepanjangan, selain anemianya segera dikoreksi, wasirnya pun harus disembuhkan pula.

6. Kalau menstruasi lebih dari normal
Ada wanita yang volume menstruasinya lebih dari normal (metrorhagia). Volume darah bulanannya terbuang melebihi normal. Kalau normalnya paling banyak 200 ml saja sepanjang satu siklus haid, pada yang berlebihan jauh di atas volume itu. Risiko menjadi anemia pada kasus demikian umumnya lebih besar.

Itu berarti untuk kasus-kasus semacam itu perlu lebih banyak asupan sumber makanan yang kaya akan zat besi (ati ayam, bit, bayam), selain melakukan koreksi terhadap haid yang berlebihan. Termasuk bila kanker leher rahim yang sudah berdarah penyebab anemianya.

7. Mereka yang mengidap gagal ginjal juga cenderung menjadi anemia
Fungsi ginjal yang melemah sehingga menjadi payah ginjal hampir selalu mengalami kondisi anemia juga. Anemia di sini umumnya sukar dikoreksi, karena ginjal merupakan organ yang berperan dalam proses haematopoesis juga, atau organ pembentuk sel darah.

0 komentar :

Posting Komentar